Categories
Events

[Event] Managing Talent in a Scaling Organization – 14 Maret 2018

Siapa tak kenal Go-jek? Perusahaan yang didirikan pada tahun 2010 di Jakarta ini boleh dibilang salah satu startup dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia. Kini valuasinya melebihi 1 milyar dolar AS dan merupakan unicorn pertama Indonesia. Pada tahun 2015 karyawan Go-jek baru sekitar 200, namun kini jumlah karyawan Go-jek diperkirakan lebih dari 2.000, alias meningkat 10 kali lipat dalam waktu kurang dari 3 tahun. Penasaran bagaimana me-manage talent dalam perusahaan yang berkembang demikian cepat?

Ikuti DigiHR Meetup bersama Monica Oudang, Chief Human Resources Officer Go-Jek dan dapatkan sharing langsung tentang “Managing Talent in a Scaling Organization”

Speakers Profile:

Monica Oudang, Chief Human Resources Officer Go-Jek


Bergabung dengan Go-Jek sejak tahun 2015, pemegang gelar bisnis dan hukum internasional dari Boston University ini adalah saksi first-hand di balik pertumbuhan pesat Go-Jek.

Key takeaways:
– Bagaimana Go-Jek menghadapi tantangan terbesar dalam pertumbuhannya yang pesat? Bagaimana tantangan dalam hal rekrutmen, culture, dll.
– Bagaimana HR dapat memposisikan dirinya sebagai partner strategic bisnis?
– dan masih banyak lagi…

DON’T MISS IT !

WEDNESDAY, 14 Maret 2018
8.30 am – 11.30 am

Spacemob
Gama Tower, Level 33
Jl HR Rasuna Said kav C 22

Come and be a part of the hottest HR community in Jakarta.
DigiHR is an open community provided for HR practitioners and enthusiasts to connect and share their experiences with each other and thus empowering each other. We will provide events, blog, Whatsapp group and social media to empower and connect the community.

Entrance is FREE if you receive this invitation.

However, the seat is limited, so BOOK YOUR SEAT Now:

1. Transfer Commitment Fee of IDR 100,000
( BCA 570 0168 729 a/n Miftahul Jannah )
2. Fill in this form: http://bit.ly/DigiHR3
3. We will send you a confirmation to attend the event
4. Commitment fee will be returned in cash when you show up at the event.

Contact:
Meisia 0818111620 (WA)

Categories
Events

[Event] How To Win The Talent War – 23 January 2018

Come and be a Part of the Hottest HR Community in Jakarta Now!

Want to hear more about Talent War; how serious it is and how to face it?

You probably heard a lot about Talent War. Is that true? Are we at war for talent? Just how serious is the situation? Find out and hear the real story at our upcoming DigiHR Meetup “How to Win The Talent War?” with Lusi Lubis, Chief People Officer at Lazada Indonesia.

Find out how we can be the winner: how to attract, engage, and retain our best performers. Get the real insights. Come and share your story with us too !

Speakers Profile:

Lusi Lubis, Chief People Officer Lazada Indonesia

Before leading HR department in Lazada Group Indonesia, Lusi Lubis was known as Country Head for Aon Hewitt in Indonesia. She graduated from Institut Teknologi Bandung (ITB) and pursued her MBA from William E. Simon School of Business New York and has spent considerable amount of her career life as management consultant.

DON’T MISS IT !

WEDNESDAY, 17 January 2018
8.30 am – 11.30 am

Spacemob
Gama Tower, Level 33
Jl HR Rasuna Said kav C 22

Come and be a part of the hottest HR community in Jakarta.
DigiHR is an open community provided for HR practitioners and enthusiasts to connect and share their experiences with each other and thus empowering each other. We will provide events, blog, Whatsapp group and social media to empower and connect the community.

Entrance is FREE if you receive this invitation.

Seat is limited, BOOK YOUR SEAT Now:

1. Transfer Commitment Fee of IDR 100,000
(BCA 0121052538 Meisia)
2. Fill in this form: http://bit.ly/DigiHR2
3. We will send you a confirmation to attend the event
4. Commitment fee will be returned in cash when you show up at the event.

Contact:
Meisia 0818111620 (WA)

Categories
Blog

Lusi Lubis: Jadi HR Jangan Jaim!

Di balik kesibukan seluruh team Lazada Indonesia untuk menghadirkan pengalaman berbelanja online terbaik di Indonesia, ada team People yang membangun system untuk memastikan semua karyawan bekerja dengan sebaik-baiknya. Adalah Lusi Lubis yang memimpin team People tersebut sejak Juli 2017. Mengelola sekitar 400 karyawan yang 90 persen di antaranya adalah millenials, tentu mempunyai tantangan tersendiri. Lusi sendiri yang mempunyai pengalaman 20 tahun bekerja sebagai konsultan manajemen mengaku pada awalnya perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun dengan sikapnya yang luwes dan tidak jaim, Lusi berhasil menjawab tantangan serta blend in dengan dunia startup yang kental dengan nuansa casual, open space, dan no hierarchy. Salah satu kuncinya adalah become approachable. Jadi HR jangan jaim, demikian ujar Lusi Lubis.

Kami pun meminta komentar beliau atas beberapa hal berikut ini:

Dunia korporasi vs Dunia Startup?

Menurut saya yang paling kerasa beda itu adalah dalam hal cara bekerja. Kalau di dunia startup,—walaupun saya rasa Lazada sudah tidak entitled to be called startup lagi, karena kita sudah memasuki tahun keenam—yang penting jalanin. Sedikit salah tidak apa-apa, banyak trial and error. Tidak masalah bila design belum selesai, bisa langsung diimplementasikan. Walaupun nanti pasti akan banyak tweaking along the way. Lebih mending itu daripada tunggu sampai rapi baru diimplementasikan. Karena toh bisa jadi sambil jalan strategi akan berubah, karena faktor market, teknologi, dan lain-lain. Kenapa mesti menunggu. Kalau engga  begitu nanti gak jalan-jalan. Nah kalau dunia korporasi berbeda. Memang ada pro dan kontranya. Di korporasi compliance-nya bagus, checking-nya juga bagus. Risk diminimalisir. Saya tidak mengatakan mana yang lebih bagus atau lebih benar, tapi mana yang tepat dengan situasi yang ada.

Managing millenials?

Saya senang managing millenials. Mereka itu very self motivated. They are very good, actually. Cuman memang mesti ada pendekatan tersendiri. Mereka itu membutuhkan feedback yang cepat. Immediate feedback, apakah mereka bagus atau tidak. Evaluasi kinerja mereka secara regular, tidak bisa menunggu review bulanan. Hal ini juga bagus untuk organisasi, jadi jika ada karyawan yang memang tidak cocok dengan direction perusahaan kita tidak perlu tunggu lama-lama. Memang ada konsekuensinya. Konsekuensinya kita harus komunikasi lebih sering dan juga turn over bisa jadi tinggi juga. Millenials gak semuanya sama. Ada juga yang suka pekerjaan rutin, misalnya. Ada juga yang suka to do list.  Padahal di kita very unstructured, you have to define your own to do list. Itu salah satu contoh. Saya rasa tidak ada yang berubah. Old theories still apply, hanya frekuensi dan magnitude-nya berbeda.

HR & Technology?

Karena kita berada di industry teknologi, otomatis dari People juga harus membuat environment yang digital technology juga. Kalau kita tidak talking the same language, mereka akan melihat kita ini gak nyambung. Contohnya sekarang aplikasi Lazada sudah menggunakan AI (Artificial Intelligence), kita pun harus keep up. HR harus keep up dengan teknologi. Yah memang sih di HR saya akui kita masih perlu banyak improvement (dalam penggunaan teknologi), tetapi paling tidak pemahaman kita tentang teknologi. Tentang bagaimana kita mengotomatisasikan, dan lain-lain. Pelan-pelan kita akan improve system kita, karena pastinya perusahaan juga prioritasnya (dalam investasi teknologi) bukan ke HR dulu, pasti ke core business dulu.

Dalam waktu dekat kita akan pakai teknologi untuk onboarding. Jadi sebelum karyawan masuk, dia sudah onboarding dulu. Biasanya kan onboarding pada day 1, atau day 2, day 3 dstnya. Ini kita coba onboarding sebelum masuk, sehingga pas day 1 udah bisa langsung up and running.

Untuk rekrutmen kita juga gunakan online assessment. Performance management kita juga pake system. Walaupun masih banyak banget PR kita, misalnya talent management, bagaimana men-systemkan.

 

One word to describe HR?

Awesome.

One word to describe startup?

Intense.

 

Tips untuk praktisi HR di startup/digital industry?

Mesti sangat creative, membuka diri, HR jangan hanya push HR theory, harus bisa melihat dari perspective luar. Outside-in. Mesti cukup berani untuk membuka diri. Karena gak gampang lho. Gak semua orang siap (untuk berubah). Karena kita tahunya selama ini modelnya begini. Sekarang musti siap untuk belok-belok sedikit, salah-salah sedikit, gak pa pa. Kita juga harus empathy. Semua orang bekerja keras. Kadang mendengar saja sudah cukup.